Nasional

HPN Kembar, Satu di Kalsel Satu Lagi di Riau

×

HPN Kembar, Satu di Kalsel Satu Lagi di Riau

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072

Piring Kembar

Oleh: Dahlan Iskan

KALSEL – Hari Pers Nasional (HPN) yang biasanya dirayakan secara nasional, tahun ini berbeda karena ada dua perayaan HPN yang berbeda. Satu di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan satu lagi di Riau. Ini terjadi karena perpecahan dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang membuat organisasi tersebut terbelah dua.

Menurut tradisi, presiden selalu hadir dalam perayaan HPN setiap tanggal 9 Februari, sejak zaman Presiden Soeharto. Namun, tahun ini presiden tidak hadir dalam perayaan HPN karena adanya perpecahan dalam PWI.

Perpecahan dalam PWI terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara ketua umum PWI, Henry Ch Bangun, dan Ilham Bintang, seorang tokoh sentral PWI. Ilham Bintang mendukung Zulmansyah Sekedang sebagai ketua umum PWI, sehingga Henry Ch Bangun merasa masih menjadi ketua umum yang sah.

Perpecahan ini juga berdampak pada kegiatan PWI di daerah. Beberapa provinsi telah memilih untuk mengikuti salah satu faksi PWI, sehingga terjadi perpecahan dalam kegiatan pers di daerah tersebut.

Perayaan HPN di Kalsel berlangsung meriah dengan adanya gerak jalan, penganugerahan piala Adinegoro, dan jamuan makan malam di rumah dinas Gubernur Kalsel Muhidin. Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga hadir dalam perayaan tersebut dan memberikan sambutan yang mendapat tepuk tangan.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menekankan pentingnya pers dalam membangun demokrasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Ia juga mengajak seluruh wartawan untuk terus menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

Perayaan HPN di Kalsel juga dihadiri oleh beberapa tokoh pers dan pemerintahan daerah. Mereka semua menyambut baik perayaan HPN dan berharap bahwa perpecahan dalam PWI dapat segera diselesaikan.

Fadli Zon saat hadir di HPN Kalimantan Selatan

Yang memenangkan hadiah Adinegoro tahun ini wartawan dari media online Kumparan. Namanya: Erandhi Hutomo Saputra. Wartawan muda. Hebat.

Saya bertemu Erandhi di lobi hotel. Ternyata Erandhi yang juga yang memenangkan Hadiah Adinegoro tahun lalu.

Tulisan Erandhi yang dinilai sebagai karya jurnalisme terbaik tahun ini bicara soal PIK2. Yakni hasil investigasinya mengenai proyek real estate di Tangerang utara itu.

Saya sudah membaca tulisan Erandhi: bagaimana petani dan petambak di sana “kalah” melawan investor.

Tulisan itu terbit di Kumparan bulan Juli tahun lalu. Jauh sebelum heboh PSN PIK2 belakangan ini.

Erandhi tidak peduli dengan perpecahan ini. Ia anggap ini urusan para elite PWI.

Perpecahan ini kelihatannya akan lama. Belum ada titik terang seperti yang mudah terjadi di Kadin Indonesia.

Kian lama perpecahan ini hanya akan membuat PWI kian tidak relevan dengan zaman. Toh dengan atau tanpa PWI media akan terus berjalan.

Di tengah perpecahan PWI itu jangan lupa: hari ini Disway harusnya juga berulang tahun. Ke- 7? Apakah itu juga berarti saya sudah menulis setiap hari tanpa absen selama tujuh tahun?

Saya pilih tanggal lahir 17 Agustus dengan maksud yang Anda sudah tahu. Pun pilih tanggal kelahiran Disway 9 Februari agar bersamaan dengan HPN. Tidak menyangka kalau akhirnya ada perpecahan di HPN.

Yang jelas ini bukan perpecahan akibat aliran ideologi pers seperti di zaman BM Diah vs Rosihan Anwar di masa lalu. Juga bukan akibat perbedaan sikap mau kritis atau mau pro pemerintah.

Ini perpecahan seperti piring pecah karena ada yang rebutan piring di atas meja. (Dahlan Iskan)